Selasa, 26 Juni 2012

MENYIKAPI KAMPANYE NEGATIF GURU DAN KEPALA SEKOLAH LAIN


Beberapa bulan terakhir, beberapa wali murid kembali menceritakan pengalaman mereka ketika bertemu dengan beberapa guru dan kepala sekolah (dasar) negeri lain. Mereka menyarankan agar guru dan pengelola sekolah berhati-hati karena ada sebagian dari guru dan kepala sekolah tersebut tak henti menjelek-jelekkan sekolah.

Banyak hal menjadi tema pembicaraan mereka mulai dari menyoal kualitas pendidikan, perlakuan terhadap guru dan pegawai, hingga memprovokasi dalam hal keuangan. Menurut para guru dan kepala tersebut, kualitas pendidikan Darush Sholihin sama saja dengan sekolah negeri. Mutu pendidikan sekolah ini bahkan dibilang lebih rendah, karena gurunya berganti-ganti. Mereka juga mendorong wali murid untuk menuntut sekolah gratis karena sudah ada BOS.

Ada sebagian wali murid yang terpengaruh, tetapi lebih banyak yang tidak. Sebagian bahkan membela sekolah di hadapan mereka. Wali murid yang terpengaruh pada umumnya berasal dari masyarakat buta informasi, sehingga dengan mudah termakan ucapan guru dan kepala sekolah lain.
Biasanya mereka yang terpengaruh secara tiba-tiba mempersoalkan banyak hal di sekolah, bahkan sebagian di antaranya memilih memindahkan putera-puterinya ke sekolah lain. Sedangkan mereka yang bertahan dan membela sekolah pada umumnya karena tahu benar bagaimana kondisi riil pengelolaan sekolah-sekolah konvensional itu dan perbedaannya dari Darush Sholihin.

Darush Sholihin sendiri tidak mempersoalkan kampanye negatif semacam itu. Kami berpegang pada pepatah, biarlah anjing-anjing itu menggonggong, tetapi kafilah ini harus tetap berlalu. Hal ini dikarenakan pertama, itu bukan hal baru bagi Darush Sholihin. Sejak awal berdiri banyak pihak tidak mendukung berdirinya lembaga ini, bahkan tidak sedikit yang menghalangi. Meski demikian, itu pulalah yang membuat Darush Sholihin mampu mengelola lembaga ini dengan penuh kemandirian.

Kedua, Darush Sholihin memahami hal ini sebagai resiko sekolah yang berada di daerah terbelakang secara ekonomi, sosial dan pendidikan sebagaimana daerah kabupaten Nganjuk. Kehadiran dan perkembangan sekolah di daerah semacam ini cukup menimbulkan kecemburuan bagi sekolah lain. Sekolah ini berkembang justeru ketika banyak sekolah negeri kolaps dan sebagian ditutup oleh pemerintah. 

Secara sosiologis, salah satu indikator keterbelakangan sosial tersebut tampak dari berbagai munculnya berbagai reasoning yang tidak masuk akal. Sebagai misal, tidak jarang beberapa pihak menganggap bahwa sekolah ini maju karena faktor klenik. Pandangan aneh, tetapi begitulah realitas masyarakat daerah ini.
Ketiga, Darush Sholihin justeru bersyukur, karena memandang kampanye apapaun, baik positif maupun negatif merupakan keuntungan bagi sekolah. Secara tidak langsung kampanye negatif sekalipun menunjukkan bahwa Darush Sholihin diakui dan diperhitungkan keberadaannya di tengah masyarakat. Bila tidak ada yang istimewa dari Darush Sholihin pasti tidak ada yang membicarakannya. 

Kampanye apapun menjadikan Darush Sholihin layaknya artis. Kampanye negatif merupakan salah satu bentuk "promosi gratis" bagi sekolah. Gosip apapun justeru membuat sekolah semakin populer. Banyak orang justeru ingin tahu lebih banyak tentang Darush Sholihin karena dibicarakan di sana-sini. Kurang lebih sama dengan perkembangan Islam di Eropa dan Amerika yang justeru meningkat karena didiskreditkan. 

Secara managerial, khususnya dalam analisis SWOT, hal ini termasuk kategori ancaman, yaitu masalah dari luar yang tidak mudah diubah, tetapi harus diantisipasi. Darush Sholihin hanya perlu mengantisipasi secara internal, agar tidak mempengaruhi sikap, pola pikir dan pola kerja internal sekolah. Darush Sholihin perlu terus-menerus membangun kesepahaman khususnya dengan para guru dan pegawai dan masyarakat, sebab tidak jarang wali murid, bahkan kadang ada juga guru dan pegawai yang terpengaruh oleh sikap-sikap orang luar tersebut.

Pada tahun 2009, sebagian besar guru dan pegawai di salah satu unit pendidikan Darush Sholihin pernah terpengaruh oleh kampanye negatif tersebut. Akibatnya, kinerja mereka menurun sebagaimana guru sekolah negeri, bahkan kegiatan pembelajaran terganggu yang diiringi penurunan prestasi hasil belajar siswa.

Tentu saja Darush Sholihin tidak membiarkan hal semacam itu terulang lagi. Darush Sholihin tidak akan membiarkan pola pikir, pola sikap dan kampanye orang luar tersebut mempengaruhi para guru dan pegawai. Bagaimanapun kunci keberhasilan sekolah ditentukan oleh pemahaman dan komitmen guru dan pegawai untuk bekerja secara optimal.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

yayasands@gmail.com